Kamis, 20 Agustus 2015

RADIASI ELEKTROMAGNETIK (5)

BAB III
PENUTUP

3.1   Kesimpulan
1.  Radiasi elektromagnetik merupakan proses perjalanan energi (atau "menjalar") dalam bentuk gelombang yang dibawa oleh listrik (E) dan magnetik (H) bidang yang berbeda-beda dalam pesawat tegak lurus satu sama lain dan untuk arah propagasi energi melalui ruang atau lainnya.
2.  Radiasi elektromagnetik berasal dari alam (contohnya, petir, radiasi dari dalam bumi) dan buatan manusia (contohnya, gelombang radio, microwave, telepon seluler, transmisi tenaga listrik, menara pemancar).
3.  Radiasi elektromagnetik memberikan efek biologis dan efek psikologis bagi manusia, akan tetapi masih belum terbukti menimbulkan suatu penyakit kronis.
4.  Mekanisme efek radiasi elektromagnetik terhadap kesehatan manusia masih belum dapat dijelaskan karena banyaknya keterbatasan.
5.  Upaya pencegahan efek radiasi elektromagnetik yaitu dengan meminimalisasi radiasi elektromagnetik yang berasal dari luar ruangan dengan menutup jalur masuk radiasi serta meminimalisasi radiasi elektromagnetik yang berasal dari dalam ruangan dengan mengurangi frekuensi dan intensitas bahan dan peralatan yang dapat mengeluarkan radiasi elektromagnetik.

3.2   Saran
      Saran yang dapat diambil dari makalah ini adalah diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai efek kesehatan gelombang elektromagnetik yang dapat dinyatakan hubungan kausalitasnya sehingga mekanisme paparan radiasi gelombang elektromagnetik yang masuk ke dalam tubuh manusia hingga memberikan efek kesehatan dapat dijelaskan secara jelas dan terperinci.


DAFTAR PUSTAKA

Achudume, A., B. Onibere, F. Aina, P. Tchokossa. 2010. Induction of oxidative stress in male rats subchronically exposed to electromagnetic  fields at non-thermal Intensities. Journal  Electromagnetic Analysis & Applications, 2: 482-487

Athena dan M. Hananto. 2013. Radiasi di sekitar menara base transceiver station di Bandung dan Jakarta. Jurnal Media Litbangkes. Vol.23 No. 4.

Ardiatna, W., D. Mandaris, D. Andiani, dan R. H. Arjadi. 2010. Pengukuran tingkat emisi radiasi elektromagnetik kereta rel listrik terhadap lingkungannya. Jurnal Teknologi Indonesia 33 (2) 2010:  100–106

Battung, R.O., J.F. Rumampuk, W. Supit. 2013. Hubungan radiasi gelombang elektromagnetik telepon seluler terhadap fungsi pendengaran. Jurnal e-Biomedik (eBM). Vol. 1, No.2.

Fu, t., Y. Chen, L. Han, Q. Qin. 2012. Preliminary report on the indoor electromagnetic radiation in a municipality of western P.R. China: Up-to-  now still within the range. Journal of Electromagnetic Analysis, 199-205

Haryono, S. 2013. Analisis faktor penyebab timbulnya keluhan kesehatan masyarakat di sekitar Sutet 500 Kv. Jurnal UNEJ Digital Repository.

Husain, M., S. Nabawiyati, N. Makiyah. 2014. Pengaruh pajanan gelombang telepon seluler terhadap struktur histologi limpa pada mencit (mus musculus). Jurnal kedokteran Yarsi. No.20 Vol.3: 167-173.

Leitgeb, N.   2014. Synoptic analysis of epidemiologic evidence of brain cancer risks from mobile communication. Journal of Electromagnetic Analysis and Applications, 6, 413-424

Interntional Agency Research Cancer. 2013. IARC monographs on the evaluation of carcinogenic risks to human on-ionizing radiation part 2: radiofrequency electromagnetic fields. volume 102, Lyon France.

Mandasari, R., F. Setyawan, P. P. Andini. 2014. Perlindungan konsumen terhadap efek radiasi telepon selular. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2014

Martin, P. 2013. New study on EMF mechanisms of action: “Plausible Mechanisms of Action for Low-Intensity EMR Exposure”. Journal of Cellular and Molecular Medicine

Nugroho, D. 2009. Pengaruh konfigurasi saluran jaringan Sutet 500 KV terhadap medan magnet. Jurnal Media Elektrika, Vol. 2, No. 1: 9 – 17

Rifai, A. B., M. A. Hakami. 2014. Health hazards of electromagnetic radiation. Journal of Biosciences and Medicines, 2, 1-12.

Rustamaji, E. Djaelani. 2012. Radar jamming satu konsep rancang bangun. Jurnal Electrans, Vol.11, No.2.

Singh, S., N. Kapoor. 2014. Health implications of electromagnetic fields, mechanisms of action, and research needs. jurnal Advances in Biology.

Swamardika, A. 2009. Pengaruh radiasi gelombang elektromagnetik terhadap kesehatan manusia. Jurnal Teknologi Elektro. Vol. 8 No.1.

Syaifurrahman. 2010. Selektor antena monitoring frekuensi radio menggunakan mikrokontroller AT 89S51. Jurnal ELKHA. vol 2 no. 3.

Ting, C.C., C.C. Chen. 2011. Experimental data for study on the shielding effect of electromagnetic wave. Journal of Engineering 3, 771-777.

Wade, B. 2013. A review of pulsed electromagnetic field (PEMF) mechanisms at a cellular level: a rationale for clinical Ude Journal of Health Research Vol.1(3): 51-55.

World Health Organization. 2014. Electromagnetic fields and public health: mobile phones. [http://www.who.int/peh-emf/about/WhatisEMF/en/].







RADIASI ELEKTROMAGNETIK (4)


2.4      Mekanisme Efek Radiasi Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia
      Battung et al, 2013 menyatakan bahwa perbedaan antara hasil pemeriksaan fungsi pendengaran telinga kiri dan telinga kanan setelah menggunakan telepon seluler lebih dari satu tahun, tingkat paparan radiasi telepon seluler yang berbeda, serta timbulnya keluhan tinnitus. Gangguan pendengaran yang berbeda antara telinga kiri dan kanan tergantung pada tingkat paparan radiasi  yang berbeda terhadap individu secara langsung. Dalam penelitian ini, sampel yang diteliti tidak memiliki penyakit atau keluhan telinga sebelumnya, namun keluhan tinnitus muncul setelah terpapar radiasi telepon seluler dalam jangka waktu yang cukup lama. Penurunan pendengaran ringan yang didapat dari hasil pemeriksaan audiometri pada beberapa responden umumnya disebabkan oleh induksi radiasi di koklea atau perubahan vaskular, namun mekanisme gangguan pendengaran masih belum terbukti. Hal ini didukung oleh banyak penelitian yang dilakukan untuk mengevaluasi pengaruh radiasi elektromagnetik yang dipancarkan telepon seluler terhadap pendengaran orang dewasa bahwa tidak ada efek yang ditimbulkan.
      Mekanisme dari efek jangka pendek dari gelombang elektromagnetik menurut WHO adalah pemanasan dari jaringan yang merupakan mekanisme utama interaksi antara energi frekuensi radio dan tubuh manusia. Pada frekuensi yang digunakan oleh ponsel, sebagian besar energi yang diserap oleh kulit dan jaringan dangkal lainnya, sehingga kenaikan suhu diabaikan dalam otak atau organ tubuh lainnya. Sejumlah studi telah meneliti efek dari medan frekuensi radio pada aktivitas listrik otak, fungsi kognitif, tidur, denyut jantung dan tekanan darah pada sukarelawan. Sampai saat ini, penelitian tidak menunjukkan bukti yang konsisten efek kesehatan yang merugikan dari paparan medan frekuensi radio pada tingkat di bawah yang menyebabkan pemanasan jaringan. Selanjutnya, penelitian belum mampu memberikan dukungan untuk hubungan kausal antara paparan medan elektromagnetik dan gejala yang dilaporkan sendiri, atau "hipersensitivitas elektromagnetik".
      Sedangkan untuk mekanisme efek jangka panjang penelitian epidemiologi yang dilakukan oleh WHO menyatakan risiko jangka panjang yang potensial dari paparan frekuensi radio yaitu hubungan antara tumor otak dan penggunaan ponsel. Namun, karena banyak kanker yang tidak terdeteksi sampai bertahun-tahun setelah interaksi yang menyebabkan tumor, dan karena ponsel tidak banyak digunakan sampai awal 1990-an, studi epidemiologi saat ini hanya dapat menilai mereka kanker yang menjadi jelas dalam jangka waktu yang lebih singkat. Namun, hasil dari studi hewan secara konsisten menunjukkan peningkatan risiko kanker paparan jangka panjang untuk bidang frekuensi radio. Analisis dikumpulkan internasional dari data yang dikumpulkan dari 13 negara peserta tidak menemukan peningkatan risiko glioma atau meningioma dengan penggunaan ponsel lebih dari 10 tahun. Ada beberapa indikasi peningkatan risiko glioma bagi mereka yang dilaporkan tertinggi 10% dari jam kumulatif penggunaan telepon seluler, meskipun tidak ada tren yang konsisten meningkatkan risiko dengan durasi lebih besar penggunaan.
      Sigh dan Kapoor (2014) menambahkan tidak ada data yang mendukung paparan radiasi elektromagnetik bersifat karsinogen. Sebagian besar ulasan telah menunjukkan kurangnya bukti untuk inisiasi kanker dengan medan magnet (MF) saja. Akan tetapi, bukti yang terkumpul menunjukkan bahwa mereka bisa bertindak sebagai cocarcinogens jika diberikan dalam kombinasi dengan bahan karsinogen genotoksik atau nongenotoxic lainnya akan menunjukkan efek yang sinergis. Oleh karena itu, informasi mekanisme karsinogenesis dan cocarcinogenesis belum bisa ditetapkan karena banyaknya keterbatasan.
      Martin (2013) menyatakan sasaran langsung medan elektromagnetik sangat rendah dan rentang frekuensi gelombang mikro (EMFs) dalam memproduksi efek non-termal belum diketahui dengan jelas. Dua puluh tiga penelitian telah menunjukkan bahwa saluran tegangan-gated menghasilkan kalsium (VGCCs) dan memberikan efek EMF, sehingga L-jenis atau blocker lainnya VGCC memblokir atau memberikan efek EMF sangat beragam rendah. Selain itu, sifat saluran tegangan-gated dapat menyediakan mekanisme biofisik masuk akal untuk efek biologis EMF. Paparan EMF dapat dimediasi melalui Ca2+ / kalmodulin stimulasi sintesis oksida nitrat. Respon fisiologis / terapi mungkin sebagian besar sebagai akibat dari oksida-cGMP-protein kinase G jalur stimulasi nitrat. Sebuah contoh yang dipelajari dari respon terapi jelas seperti itu, stimulasi EMF pertumbuhan tulang, muncul untuk bekerja bersama pada jalur ini. Namun, respon patofisiologi untuk EMFs mungkin sebagai akibat dari nitrat oksida-peroxynitrite-oksidatif stres. Satu set substansial didukung dari target, VGCCs, yang menghasilkan stimulasi respon EMF non-termal oleh manusia / hewan tingkat tinggi dengan efek yang melibatkan Ca2+ / tergantung kalmodulin meningkat oksida nitrat, yang dapat menjelaskan efek terapi dan patofisiologi dari radiasi elektromagnetik.
      Mekanisme yang bekerja pada PEMF sangat rumit dan kemungkinan melibatkan banyak jalur. Hal ini jelas bahwa frekuensi dan intensitas mampu meningkatkan mitosis pada sel seperti kondrosit, osteoblas, fibrocytes dan sel endotel. Efek ini, akan menyebabkan peningkatan waktu penyembuhan jaringan lunak dan tulang. Di samping itu, akan meningkatkan metabolisme sel, mungkin kekuatan terbesar PEMF adalah pada kemampuannya untuk memperbaiki efek peradangan dengan mengurangi sitokin inflamasi (Wade, 2013)
                                                                                                                                 
2.2      Upaya Pencegahan Efek Radiasi Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia
      Fu et al. (2012) menyatakan radiasi elektromagnetik di dalam ruangan atau rumah berasal dari penyebaran spasial dan transmisi yang dipancarkan konduktor. Gelombang elektromagnetik di beberapa jalur dapat diserap, dipantulkan atau terlindung oleh dinding beton bertulang atau bahan bangunan lainnya, sehingga jendela, balkon atau tempat terbuka lainnya merupakan jalan utama radiasi elektromagnetik masuk ke dalam ruangan atau rumah. Terdapat dua sumber utama polusi radiasi elektromagnetik dalam ruangan. Salah satunya adalah radiasi elektromagnetik di luar ruangan atau rumah yang sumber tersebar luas terutama pada rentang frekuensi radio (30 MHz - 300 GHz). Sumber lain adalah radiasi elektromagnetik ELF (0 Hz - 100 kHz) yang dihasilkan oleh banyak peralatan listrik modern domestik dan kabel listrik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketika orang-orang dalam posisi berdiri, intensitas medan listrik rata-rata dengan peralatan listrik dalam ruangan dihidupkan jauh lebih besar daripada dengan peralatan listrik dalam ruangan dimatikan. Untuk mengatasi potensi bahaya kesehatan yang muncul dapat menggunakan cara dengan meminimalisai radiasi elektromagnetik di dalam ruangan antara lain:
1.    Tidak menempatkan peralatan listrik rumah tangga di dekat satu sama lain.
2.    Tidakmenggunakan dua atau lebih peralatan listrik secara bersamaan.
3.    Meminimalkan frekuensi dan durasi penggunaan peralatan listrik sebanyak mungkin. Menjaga jarak tertentu dari peralatan listrik ketika mereka dihidupkan
4.    Menggunakan peralatan-daya rendah dan produk-produk berkualitas yang dibuat oleh produsen didirikan untuk menghemat listrik dan mengurangi radiasi elektromagnetik.
      Ada tiga upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi paparan radiasi elektromagnetik yaitu :
1.    Meminimalkan waktu paparan, misalnya dengan tidak menggunakan handphone kalau tidak perlu sekali, sebisa mungkin memanfaatkan layanan SMS dibanding telephone, tidak mendekatkan handphone ke telinga sebelum panggilan tersambung, persingkat percakapan, dan tidak menggunakan handphone sewaktu sinyal lemah, yang tinggal di bawah SUTET tidak sering berada di luar rumah terutama malam hari.
2.    Memaksimalkan jarak dari sumber radiasi misalnya dengan menjauhkan handphone dari kepala, menggunakan headset atau handsfree seefektif mungkin, dan tidak menyimpan handphone di saku celana pada saat handphone dalam kondisi on, sebisa mungkin jarak minimal atap rumah dengan tower SUTET sekitar 15 m.
3.    Mengurangi radiasi itu sendiri, ditempuh dengan memilih handphone dengan level SAR (Spesific Absorption Rate) yang rendah. Level SAR ini biasanya dicantumkan dalam buku manual. ICNIRP (International Commission on Non-Ionizing Radiation Protection) memberikan batas maksimal sebesar 2,0 W/kg. Sekedar contoh, handphone Esia seri Fu memiliki level SAR 1,18 W/kg, sedangkan Nokia seri N70 levelnya 0,95 W/kg. Atau dengan meminimalisir pemakaian handphone di ruang tertutup dengan bahan logam atau baja, misalnya di dalam mobil.
4.    Mengkonsumsi Antioksidan, radikal bebas bisa memicu terbentuknya kanker, melalui sifatnya yang dapat menyebabkan kerusakan DNA. Antioksidan bisa berupa mineral (mangan, seng, tembaga, selenium), beta karoten, vitamin C dan vitamin E dari sayuran dan buah segar bersifat oposisi dengan radiasi elektromagnetik dan juga asam dari softdrinks.
      Berikut merupakan beberapa cara untuk mengurangi efek paparan radiasi telepon seluler terhadap kesehatan manusia: 
1.    Batasi pemakaian telepon seluler dan apabila  harus melakukan panggilan yang lama, disarankan untuk memakai handsfree untuk keamanan.
2.    Anak di bawah umur hanya diperbolehkan memakai ponsel dalam keadaan darurat saja karena masih dalam tahap perkembangan, bahaya radiasi bisa bertambah parah.
3.    Minimalisasi pemakaian telepon seluler di ruang tertutup dengan bahan logam atau baja, misalnya di dalam mobil. Dalam ruangan seperti ini, ponsel harus bekerja keras menstabilkan koneksi sehingga radiasi meninggi. Selain itu, ada kemungkinan radiasi memantul kembali ke pengguna di ruangan yang didominasi bahan baja.
4.    Minimalisasi penggunaan telepon seluler ketika kekuatan sinyal hanya satu bar atau kurang. Dalam kondisi ini, telepon seluler juga harus bekerja keras untuk menstabilkan koneksi sehingga radiasi bertambah besar.




RADIASI ELEKTROMAGNETIK (3)


2.1      Efek Radiasi Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia
      Efek dari paparan radiasi elektromagnetik sejauh ini tidak ada bukti konklusif atau koneksi yang dapat disimpulkan. Badan WHO Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) ulasan penelitian yang berkaitan dengan karsinogen dari EMFs statis dan frekuensi sangat rendah menggunakan klasifikasi IARC standar yang beratnya sampai manusia, hewan dan bukti laboratorium, bidang ELF diklasifikasikan sebagai kemungkinan karsinogenik pada manusia. Klasifikasi ini digunakan pada manusia dan kurang ada bukti yang cukup untuk hewan eksperimental. Bukti untuk semua kanker lainnya pada anak-anak dan orang dewasa, serta jenis paparan dianggap tidak memadai untuk mengklasifikasikan karena informasi ilmiah tidak mencukupi atau tidak konsisten. Sejumlah penelitian epidemiologi menunjukkan peningkatan kecil dalam risiko leukimia dengan paparan frekuensi rendah medan magnet di rumah. Meskipun banyak penelitian, bukti efek apapun tetap sangat kontroversial. Namun, jelas bahwa jika medan elektromagnetik memiliki efek pada kanker, maka setiap peningkatan risiko akan sangat kecil.
      Berbagai pengaruh lingkungan menyebabkan efek biologis. 'Efek biologis' tidak sama dengan 'bahaya kesehatan'. Penelitian khusus yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengukur bahaya kesehatan. Pada frekuensi rendah, medan listrik dan magnet luar menyebabkan arus beredar kecil dalam tubuh. Dalam lingkungan hampir semua biasa, tingkat arus induksi dalam tubuh terlalu kecil untuk menghasilkan efek yang jelas. Iritasi mata umum dan katarak terkadang telah dilaporkan pada pekerja yang terpapar tingkat tinggi frekuensi radio dan radiasi gelombang mikro, tetapi penelitian pada hewan tidak mendukung gagasan bahwa bentuk kerusakan mata dapat diproduksi pada tingkat yang tidak termal berbahaya. Tidak ada bukti bahwa efek ini terjadi pada tingkat yang dialami oleh masyarakat umum.
      Efek biologik merupakan respon yang terukur terhadap rangsangan atau perubahan lingkungan. Perubahan ini tidak selalu berbahaya bagi kesehatan. Tubuh memiliki mekanisme canggih untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Perubahan yang sedang berlangsung merupakan bagian normal dari kehidupan kita. Tapi, perubahan yang irreversibel dan stres sistem untuk jangka waktu yang lama dapat menimbulkan bahaya kesehatan.
      Akan tetapi, radiasi elektromagnetik dengan frekuensi rendah tidak efektif untuk membangkitkan tanggapan biologis, karena dua alasan. Komponen listrik itu tidak dapat menembus cukup dalam pada spesimen, karena adanya ion-ion bebas yang terdapat di dalam cairan tubuh. Keadaan ini menyebabkan bagian dalam organisme hidup itu berperilaku seperti suatu penghantar listrik, yang berakibat lingkungan dalam organisme itu terlapisi dengan permukaan muatan bergerak. Lagi pula, komponen magnetik radiasi dapat menembus jaringan, tetapi permeabilitas medium ini sangat menyerupai ruang hampa, sehingga tidak mungkin terjadi efek polarisasi magnetik, namun apabila terpapar secara kronis akan memberi manifestasi klinik yang berbeda.
      Efek dari paparan radiasi elektromagnetik dapat secara langsung atau tidak langsung masuk ke dalam tubuh manusia. Disadari ataupun tidak gelombang elektromagnetik selalu ada di lingkungan tempat tinggal manusia dan tidak dapat dihindarkan. Gelombang elektromagnetik memancar dari hampir semua peralatan elektronik rumah tangga yang berarti paparan berbagai frekuensi gelombang elektromagnetik (EMF) yang kompleks telah terjadi setiap hari. Dengan demikian, EMF sedikit banyak telah memberikan efek kesehatan bagi tubuh manusia. Tingkat paparan gelombang EMF dari berbagai frekuensi berubah secara signifikan sejalan dengan berkembangnya teknologi serta penemuan peralatan EMF. Begitu juga pada efek kesehatan yang ditimbulkan oleh EMF akan berbeda tergantung pada jenisnya. Menurut Swamardika (2009) secara garis besar, radiasi total yang diserap oleh tubuh manusia adalah tergantung pada beberapa hal antara lain:
1.    Frekuensi dan panjang gelombang medan elektromagnetik
2.    Polarisasi medan elektromagnetik
3.    Jarak antara badan dan sumber radiasi elektromagnetik
4.    Keadaan paparan radiasi, seperti adanya benda lain disekitar sumber radiasi
5.    Sifat-sifat elektrik tubuh. Hal ini sangat tergantung pada kadar air didalam tubuh, radiasi akan lebih banyak diserap pada media dengan konstan dielektri tinggi seperti otak, otot dan jaringan lainnya dengan kadar air tinggi
2.3.1 Radiasi elektromagnetik telepon seluler
      Beberapa penelitian memberikan wawasan baru berkaitan dengan hubungan potensial antara penggunaan ponsel dan kanker otak. Analisis efek jangka panjang yang potensial ditandai dengan ketergantungan dosis dan mengungkapkan divergen hasil dengan metrik dosis yang berbeda. Secara keseluruhan, analisis sinoptik mendukung kesimpulan tentang risiko kesehatan RF EMF dari telekomunikasi seluler (Leitgeb, 2014). 
      Dampak radiasi elektromagnetik telepon seluler terhadap tubuh manusia menurut beberapa penelitian ternyata mempunyai kemiripan dengan dampak radiasi elektromagnetik yang ditimbulkan oleh radar. Pesawat radar sejauh ini telah diduga mempunyai dampak terhadap manusia yang berada pada sekitar instalasi radar. Dampak tersebut adalah kemampuan radar mengagitasi molekul air yang ada dalam tubuh manusia. Perlu diingat bahwa sel-sel yang terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar mengandung air, maka dampak agitasi terhadap molekul air perlu mendapat perhatian yang seksama. Menurut para ahli, untuk waktu kontak yang cukup lama, ada kemungkinan terjadi sterilisasi terhadap organ reproduksi.      Meningkatnya penggunaan telepon seluler di masyarakat tentunya akan memberikan dampak karena semakin tinggi intensitas penggunaan telepon seluler, maka makin tinggi pula intensitas paparan radiasi gelombang yang diterima tubuh.
      Menurut The National Radiological Protection Board (NPRB) di dalam Swamardika (2009) efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik dari telepon seluler dibagi menjadi dua antara lain:
1. Efek fisiologis
Efek fisiologis merupakan efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik tersebut yang mengakibatkan gangguan pada organ-organ tubuh manusia berupa, kangker otak dan pendengaran, tumor, perubahan pada jaringan mata, termasuk retina dan lensa mata, gangguan pada reproduksi, hilang ingatan, kepala pening.
2. Efek psikologis
Merupakan efek kejiwaan yang ditimbulkan oleh radiasi tersebut misalnya timbulnya stress dan ketidaknyamanan karena penyinaran radiasi secara berulang.
      Mandasari et al. (2014) menyatakan radiasi telepon seluler bisa menimbulkan dua macam efek pada tubuh,antara lain:
1.    Efek thermal
Efek ini berkaitan dengan panas yang dihasilkan oleh telepon selular dan dihantarkan pada tubuh. Panas dari telepon seluler dihasilkan oleh gelombang elektromagnetik.  Ketika seseorang menggunakan telepon selular,  kebanyakan mereka akan merasakan efek panas ini pada permukaan kulit mereka.
2.    Efek non-thermal
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan oleh The Journal of  the American Medical Association, paparan sinyal radio yang terlalu sering pada otak bisa menyebabkan peningkatan metabolisme glukosa. Efek  non-thermal juga bisa menyebabkan beberapa masalah berikut ini:  Penyumbatan aliran darah ke
otak,  Kanker,  Efek kognitif,  Hipersensitif  terhadap elektromagnetik seperti  sensasi kesemutan pada kulit  kepala,  sakit kepala, pusing, atau kesulitan berkonsentrasi, Kelainan tidur, Masalah perilaku.
      Menurut Kobb di dalam Swamardika (2009) telepon seluler (ponsel) mentransmisikan dan menerima sinyal dari dan ke substasiun yang ditempatkan di tengah kota. Substasiun yang menerima sinyal paling jernih dari telepon seluler memberikan pesan ke jaringan telepon local jarak jauh. Jaringan Personal Communication Services (PCS) mirip dengan system telepon seluler. PCS menyediakan komunikasi suara dan data didesain untuk menjangkau daerah yang luas. Pita frekuensi 800 sampai dengan 3000 MHz telah dijatahkan untuk peralatan komunikasi ini karena telepon seluler atau unit PCS harus berhubungan dengan substasiun yang diletakkan beberapa kilometer jauhnya, pancaran dari peralatan ini harus cukup kuat untuk memastikan sinyalnya bagus. Peralatan ini memancarkan daya sekitar 0,1 sampai dengan 1,0 W. Tingkat daya dari antena ini aman untuk kesehatan kepala (Fischetti di dalam Swamardika, 2009).
      Swamardika (2009) menyatakan para ahli mengungkapkan radiasi yang ditimbulkan ponsel tidak seratus persen bisa menyebabkan gangguan kesehatan terhadap manusia, mengingat masih banyak orang yang masih setia menggunakan piranti wireless ini untuk memudahkan aktifitasnya dan tidak terjadi efek kesehatan yang berarti. Sesungguhnya setiap ponsel memiliki spesifikasi ukuran banyaknya energi gelombang mikro yang dapat menembus ke dalam bagian tubuh seseorang tergantung pada seberapa dekat ponsel dengan kepala. Paling tidak kurang lebih sebanyak 60 persen dari radiasi gelombang mikro yang diserap dan menembus daerah sekitar kepala. Pengukuran kadar radiasi sebuah ponsel umumnya disebut dengan Specific Absorption Rate (SAR). Pengukur energi radio frekuensi atau RF yang diserap oleh jaringan tubuh pengguna ponsel bisa dinyatakan sebagai units of watts perkilogram (W/kg). Batas SAR yang ditetapkan oleh ICNIRP adalah 2.0W/kg (watts per kilogram). Sementara The Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) juga telah menetapkan sebuah standart baru yang digunakan oleh negara Amerika dan negara lain termasuk Indonesia adalah dengan menggunakan batas 1.6W/kg.
      Husain dan Nabawiyati (2012) menyatakan radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh gelombang telepon seluler dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan apabila seseorang terpajan melampaui ambang batas pemajanan. Hal tersebut disimpulkan melalui penelitian eksperimental terhadap sistem imunitas mencit (Mus musculus) dengan mengukur diameter pulpa putih limpa yang menunjukkan bahwa diameter pulpa putih limpa pada mencit yang diberi perlakuan tampak lebih besar bila dibandingkan dengan mencit kontrol secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa antara kelompok perlakuan radiasi gelombang telepon seluler dan kelompok kontrol berbeda secara bermakna, khususnya pada kelompok CDMA. Disimpulkan bahwa radiasi elektromagnetik mempunyai efek mengaktivasi sistem imun di daerah perifer.
      Berbeda dengan pendapat Battung et al (2013) menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara radiasi gelombang elektromagnetik telepon seluler terhadap fungsi pendengaran. Hal tersebut, sesuai dengan hasil penelitiannya menggunakan pengujian audiometri yang menunjukkan mahasiswa yang mengalami gangguan pendengaran ringan pada telinga kiri sebanyak delapan orang (20%) dan sisanya yaitu 32 orang (80%) tidak mengalami gangguan pendengaran. Sedangkan, mahasiswa yang mengalami gangguan pendengaran ringan  pada telinga kanan sebanyak tiga orang (7.5%) sedangkan sisanya yaitu 37 orang (92.5%) tidak mengalami gangguan pendengaran.
2.3.2 Radiasi elektromagnetik dari saluran transmisi tenaga listrik
      Hingga saat ini, belum ada kesepakatan dari para ahli kesehatan dunia mengenai efek SUTET terhadap kesehatan, termasuk kanker dan tumor pada anak dan orang dewasa. Sangat sulit membuktikan hubungan sebab akibat antara efek SUTET dengan kesehatan manusia karena manusia tidak bisa dijadikan objek penelitian yang bersifat percobaan (eksperimental). Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama ini, gangguan kesehatan yang sering dikeluhkan masyarakat, seperti pusing, nyeri otot, gatal pada kulit, sesak nafas, susah tidur, berdebar, gangguan penglihatan dan lain-lain, merupakan gangguan psikosomatik yang bersifat subyektif. Gangguan psikis yang sangat populer dewasa ini berhubungan dengan SUTET disebut dengan elektromagnetik hipersensitivity, sebenarnya  merupakan gangguan stres yang berlebihan yang dihubungkan dengan banyak faktor yang mempengaruhi, termasuk faktor sosial. Berdasarkan hasil penelitian tentang medan magnet dan medan listrik yang ada di daerah  pemukiman jalur SUTET, seperti jalur Saguling-Cibinong, Bandung Selatan-Ungaran dan Cirata-Cibatu II, ditemukan angka yang sangat jauh dari Nilai Ambang Batas yang ditentukan IRPA, INIRC dan WHO 1990 yaitu sebesar 0,1 mT (medan magnet) dan 5 kV/m (medan listrik). Nilai untuk medan Magnet tiga wilayah tersebut paling tinggi hanya mencapai 0,009 mT dan nilai medan listriknya hanya mencapai 3 kV/m (Swamardika, 2009).
      Menurut Haryono (2013) keberadaan SUTTET-500 kV secara nyata meningkatkan intensitas paparan medan listrik dan medan magnet ELF di lingkungan, namun masih berada di bawah nilai ambang batas paparan menurut WHO. Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan bahwa beberapa indikator keluhan kesehatan antara lain banyak peluh, gangguan tidur, rasa mual (naosea), sakit kepala, sulit bernapas dan vertigo di wilayah terpapar secara statistik terbukti lebih tinggi. Faktor dominan yang berperan terhadap timbulnya keluhan kesehatan tersebut adalah rasa khawatir dan takut yang berkepanjangan terhadap risiko bahaya atas kondisi fisik bangunan jaringan dan tower SUTTET-500 kV. Faktor risiko tersebut antara lain: 1) andongan jaringan yang semakin rendah beresiko membahayakan keselamatan penduduk, 2) adanya percikan bunga api pada kabel jaringan saat hujan tiba, 3) timbulnya bunyi mendengung saat malam hari, 4) risiko sambaran petir pada Tower, 5) luahan arus listrik pada peralatan rumah tangga. Selain itu, kebiasaan merokok, status gizi keluarga dan permasalahan rumah tangga merupakan faktor risiko yang tidak dapat di abaikan. Adanya perbedaan proporsi keluhan anoreksia, kram perut, kegerahan, dan mudah lelah antara kelompok terpapar dan kelompok kontrol bukan disebabkan adanya perbedaan intensitas paparan medan listrik mupun medan magnet, namun kemungkinan karena faktor kecemasan yang dialami oleh penduduk yang bertempat tinggal di bawah jaringan. Pada umumnya penduduk yang bertempat tinggal di bawah jaringan lebih mencemaskan dampak keberadaan jaringan daripada dampak medan listrik dan medan magnet, hal tersebut mengingat sering dijumpai kejadian seperti timbulnya percikan bunga api pada konduktor saat hujan tiba dan suara gemuruh saat ada angin juga kadang timbul ledakan pada tower. Rasa cemas secara berkepanjangan yang dialami penduduk yang bertempat tinggal di bawah SUTET-500 kV kemungkinan dapat berpengaruh terhadap status kesehatannya.
2.3.3 Radiasi elektromagnetik dari menara pemancar seluler
      Athena dan Hananto (2013) dampak radiasi gelombang radio terhadap kesehatan manusia, tidak lepas dari energi yang dihasilkan oleh perangkat tersebut. Pancarannya selalu mengikuti kaidah pancaran radiasi gelombang elektromagnetik sesuai dengan spektrum elektromagnetik yang dikelompokkan berdasarkan panjang gelombang, frekuensi, serta efeknya. Selain efek radiasi yang ditimbulkan, pemancar berfrekuensi tinggi ini juga menghasilkan efek termal di sekitar pemancarnya. Semakin tinggi frekuensi suatu pemancar, semakin tinggi pula panas yang dihasilkan. Sebagai contoh, pemancar berfrekuensi 1.900 MHz dapat menghasilkan panas sampai 2000C dalam radius dua meter. Hasil menunjukkan bahwa sekitar 60% responden mempunyai keluhan kesehatan yang bersifat umum seperti  pusing/sakit kepala, batuk dan demam, menderita penyakit degeneratif seperti darah tinggi, stroke, dan diabetes mellitus (DM). Keluhan tersebut sulit dikaitkan dengan pajanan medan elektromagnetik yang berasal dari base transceiver stadion (BTS), karena selain tidak spesifik juga belum diketahui target organ dari pajanan medan elektromagnetik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian tentang dampak radiasi maupun efek termal dari BTS sebelumnya yang masih kontroversial. Hasil penelitian di beberapa negara menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara paparan gelombang ektromagnetik yang berasal dari BTS GSM atau CDMA dengan penyakit kanker dan beberapa gangguan fisik dan kognitif. Hasil workshop WHO tahun  2005 tentang pajanan dan konsekuensi kesehatan dari BTS yang meliputi studi efek termal dari medan elektromagnetik yang berasal dari BTS, studi tentang hipersensitif  karena medan elektromagnetik dari BTS, studi epidemiologi kriteria dosis untuk pajanan dari BTS  menunjukan  bahwa  hasil-hasil penelitian maupun kajian tersebut masih belum konsisten. Akan tetapi penelitian lain menyatakan bahwa diantara anggota rumah tangga di sekitar BTS mempunyai riwayat tumor.
      Menurut Goel, Aaruni et al dalam Athena dan Hananto (2013) menyatakan bahwa pajanan medan elektromagnetik dari telepon seluler termasuk BTS perlu diperhatikan karena mempunyai efek termal yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Masih kontroversialnya hasil penelitian tentang pengaruh radiasi dari BTS, tidak berarti bahwa hal tersebut tidak menimbulkan masalah kesehatan; karena konsensus International Scientific Community menyebutkan bahwa energi  dari BTS sangat kecil kemungkinannya untuk menimbulkan risiko kesehatan sepanjang tidak kontak secara langsung; tetapi dalam konsensus tersebut juga disebutkan bahwa hal tersebut perlu diwaspadai karena BTS mempunyai energi dan karakteristik yang sangat bervariasi.
      Penelitian toksikologi elektromagnetik pada BTS mengenai potensi stres oksidatif merangsang medan elektromagnetik non-termal pada tikus. Terdapat  tiga bentuk paparan yaitu, gelombang terus menerus, atau modulasi pada 900 MHz atau termodulasi GSM-nonDTX. Radiasi frekuensi radio (RFR) adalah 1800 MHz, radiasi penyerapan spesifik (SAR) (0,95-3,9 W / kg) untuk 40 dan / atau 60 hari terus menerus. Pada 40 hari, radiasi elektromagnetik gagal mendorong perubahan yang signifikan. Namun, pada 60 hari terpapar mennjukkan penurunan pada nikotinamida adenin dinukleotida fosfat (NADPH) dan askorbat peroksidasi lipid terkait (PUT) dengan penurunan seiring dalam sistem pertahanan antioksidan enzimatik mengakibatkan penurunan residu glukosa. Studi ini menunjukkan beberapa perubahan biokimia yang mungkin terkait dengan paparan memperpanjang medan elektromagnetik dan hubungannya dengan aktivitas sistem antioksidan. Oleh karena itu, penilaian secara reguler dan deteksi dini pada sistem pertahanan antioksidan antara orang-orang yang bekerja di sekitar BTS disarankan (Achudume, 2010).
      Terdapat beberapa dampak negatif yang bisa ditimbulkan akibat radiasi yang berlebihan dari ponsel dan menara BTS  antara lain:
1.    Risiko kanker otak pada anak-anak dan remaja meningkat 400 persen akibat penggunaan ponsel.
2.    Penggunaan ponsel 30 menit/hari selama 10 tahun dapat meningkatkan risiko kanker otak dan acoustic neuroma (sejenis tumor otak yang bisa menyebabkan tuli).
3.    Radiasi ponsel juga berbahaya bagi kesuburan pria. Menurut penelitian, penggunaan ponsel yang berlebihan bisa menurunkan jumlah sperma hingga 30 persen.
4.    Frekuensi radio pada ponsel bisa menyebabkan perubahan pada DNA manusia dan membentuk radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas merupakan karsinogen atau senyawa yang dapat memicu kanker.
5.    Frekuensi radio pada ponsel juga mempengaruhi kinerja alat-alat penunjang kehidupan (live saving gadget) seperti alat pacu jantung. Akibatnya bisa meningkatkan risiko kematian mendadak.
6.    Sebuah penelitian membuktikan produksi homon stres kortisol meningkat pada penggunaan ponsel dalam durasi yang panjang. Peningkatan kadar stres merupakan salah satu bentuk respons penolakan tubuh terhadap hal-hal yang membahayakan kesehatan.
7.    Medan elektromagnet di sekitar menara BTS dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya tubuh lebih sering mengalami reaksi alergi seperti ruam dan gatal-gatal.
8.    Penggunaan ponsel lebih dari 30 menit/hari selama 4 tahun bisa memicu hilang pendengaran (tuli). Radiasi ponsel yang terus menerus bisa memicu tinnitus (telinga berdenging) dan kerusakan sel rambut yang merupakan sensor audio pada organ pendengaran.
9.    Akibat pemakaian ponsel yang berlebihan, frekuensi radio yang digunakan (900 MHz, 1800 MHz and 2450 MHz) dapat meningkatkan temperatur di lapisan mata sehingga memicu kerusakan kornea.
10. Emisi dan radiasi ponsel bisa menurunkan kekebalan tubuh karena mengurangi produksi melatonin. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan persendian serta memicu rematik.
11. Risiko kanker di kelenjar air ludah meningkat akibat penggunaan ponsel secara berlebihan.
12. Medan magnetik di sekitar ponsel yang menyala bisa memicu kerusakan sistem syaraf yang berdampak pada gangguan tidur. Dalam jangka panjang kerusakan itu dapat mempercepat kepikunan.
13. Medan elektromagnetik di sekitar BTS juga berdampak pada lingkungan hidup. Burung dan lebah menjadi sering mengalami disorientasi atau kehilangan arah sehingga mudah stres karena tidak bisa menemukan arah pulang menuju ke sarang.
2.3.4 Radiasi elektromagnetik dari transportasi listrik
      Besarnya tegangan listrik yang digunakan untuk menjalankan sistem Kereta Rel Listrik KRL secara serentak mengakibatkan timbulnya radiasi medan elektromagnetik (EM). Jika besarnya radiasi EM tersebut melampaui ambang batas dari standar yang ditentukan maka akan mengakibatkan efek yang tidak diinginkan bagi lingkungan dan manusia. Di dalam sistem perkeretaapiaan, banyak sekali komponen-komponen yang memakai peralatan elektronika, seperti generator untuk membangkitkan listrik yang menghasilkan tenaga pada kereta, peralatan transformer pengubah  tegangan tinggi dan rendah, peralatan listrik converter dan rectifier, peralatan telekomunikasi, peralatan signaling (kontrol sinyal kereta), dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, sebenarnya kereta sangat rentan terhadap gangguan EM dan juga sangat berpengaruh memberikan emisi EM terhadap lingkungannya yang dihasilkan dari komponen yang ada pada kereta itu sendiri. Tingkat radiasi yang dihasilkan tertinggi terjadi pada frekuensi 936 MHz dengan kuat medan sebesar 48,59 dBμV/m pada polarisasi antena horizontal sehingga pancaran emisi EM besarnya masih di bawah ambang batas yang diperkenankan Ardiatna et al (2010). Dapat disimpulkan bahwa radiasi elektromagnetik pada transportasi listrik belum dapat memberikan efek kesehatan bagi manusia. Dapat dilihat pada gambar 3 yang merupakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh kereta api listrik.


Gambar 3. Gelombang Elektromagnetik yang dipancarkan Kereta Api
Sumber: Ardiatna et al (2010)


RADIASI ELEKTROMAGNETIK (2)

BAB II
PEMBAHASAN

2.1      Definisi Radiasi Elektromagnetik
      Gelombang elektromagnetik ditemukan oleh Heinrich Hertz. Gelombang elektromagnetik termasuk gelombang transversal. Setiap muatan listrik yang memiliki percepatan memancarkan radiasi elektromagnetik. Ketika kawat (atau panghantar seperti antena) menghantarkan arus bolak-balik, radiasi elektromagnetik dirambatkan pada frekuensi yang sama dengan arus listrik. Elektromagnetik merupakan sejenis magnet yang dibuat dengan cara melilitkan kawat pada suatu logam konduktor seperti besi atau baja, kemudian mengalirinya dengan arus listrik. Ting dan Chen (2011) menyatakan gelombang elektromagnetik umumnya dihasilkan oleh arus bolak-balik (AC) dalam hal hukum induksi Faraday dan hukum rangkaian amper hukum induksi Faraday menunjukkan bahwa waktu bervariasi dalam medan magnet dan akan memiliki medan listrik yang terkait.
      Listrik dan magnet merupakan bagian dari spektrum radiasi elektromagnetik yang memanjang dari listrik dan medan magnet statis, melalui frekuensi radio dan radiasi inframerah, sinar-X. Radiasi elektromagnetik (EM radiasi, ESDM, atau cahaya) merupakan bentuk energi yang dilepaskan oleh proses elektromagnetik atau dapat pula disebut sebagai suatu kombinasi medan listrik dan medan magnet yang berosilasi dan merambat lewat ruang dan membawa energi dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam ilmu fisika, semua ESDM disebut sebagai cahaya, tapi bahasa sehari-hari ringan sering merujuk secara eksklusif untuk cahaya tampak, atau secara kolektif untuk terlihat, cahaya inframerah dan ultraviolet. Radiasi elektromagnetik menurut IARC (2013) adalah proses perjalanan energi (atau "menjalar") dalam bentuk gelombang yang dibawa oleh listrik (E) dan magnetik (H) bidang yang berbeda-beda dalam pesawat tegak lurus satu sama lain dan untuk arah propagasi energi melalui ruang atau lainnya. Diagram pada gambar 1. menunjukkan pesawat terpolarisasi linier gelombang merambat EMR dari kiri ke kanan. Medan listrik pada bidang vertikal dan medan magnet pada bidang horizontal. Medan listrik dan magnet dalam gelombang ESDM selalu dalam fase dan pada 90 derajat satu sama lain.

Gambar 1. Polarisasi Linier Gelombang EMR Merambat dari Kiri ke Kanan
Sumber : Ting dan Chen (2011)

      Salah satu karakteristik utama yang mendefinisikan medan elektromagnetik (EMF) menurut WHO yaitu frekuensi atau panjang gelombang yang sesuai. Bidang frekuensi yang berbeda berinteraksi dengan tubuh dengan cara yang berbeda. Satu bisa membayangkan gelombang elektromagnetik sebagai serangkaian gelombang yang sangat biasa yang melakukan perjalanan pada kecepatan yang sangat besar, kecepatan cahaya. Frekuensi hanya menggambarkan jumlah osilasi atau siklus per detik, sedangkan panjang gelombang istilah menggambarkan jarak antara satu gelombang dan berikutnya. Oleh karena panjang gelombang dan frekuensi yang tak terpisahkan terjalin: semakin tinggi frekuensi yang lebih pendek panjang gelombang.
      Rifai dan Hakami (2014) menyatakan bahwa gelombang elektromagnetik dikategorikan menurut frekuensinya yaitu non-pengion dan pengion. WHO menyatakan Panjang gelombang dan frekuensi menentukan karakteristik penting dari medan elektromagnetik. Gelombang elektromagnetik yang dibawa oleh partikel yang disebut quanta. Quanta frekuensi yang lebih tinggi (panjang gelombang lebih pendek) gelombang membawa lebih banyak energi daripada frekuensi yang lebih rendah bidang (panjang gelombang). Beberapa gelombang elektromagnetik membawa begitu banyak energi per kuantum bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memutuskan ikatan antara molekul. Dalam spektrum elektromagnetik, sinar gamma yang dilepaskan oleh bahan radioaktif, sinar kosmik dan sinar-X membawa properti ini dan disebut 'radiasi pengion'. Gelombang elektromagnetik pengion merupakan radiasi yang memiliki potensi kerusakan sel dan DNA. Sedangkan medan yang quantanya tidak cukup untuk memutuskan ikatan molekul yang disebut 'radiasi non-pengion'. Sumber buatan dari medan elektromagnetik yang membentuk bagian utama dari kehidupan industri - listrik, microwave dan bidang frekuensi radio - ditemukan pada panjang gelombang yang relatif panjang dan akhir frekuensi rendah dari spektrum elektromagnetik dan quanta mereka tidak dapat memecahkan ikatan kimia. Gelombang elektromagnetik non-pengion merupakan radiasi tingkat rendah.
      Menurut jenisnya Rifai dan Hakami (2014) membagi gelombang elektromagnetik terdiri atas:
1.    Medan listrik statis, disebabkan oleh ion yang dilepaskan dari bahan sintetis, dapat membuat manusia merasa tidak enak badan.
2.    Magnet residual, berasal dari logam yang ada di tempat tidur dan dapat mengubah medan magnet  serta menyebabkan ketidaknyamanan tubuh.
3.    Medan energi frekuensi, berasal dari kabel dinding, outlet listrik, kabel ekstensi, pencahayaan dan peralatan listrik lainnya.
4.    Medan magnet frekuensi daya, berasal dari hubungan arus pendek listrik, kabel listrik bawah tanah yang berjalan di dekat daerah tidur, box panel listrik yang terletak di dinding yang berdekatan atau bahkan kulkas atau TV yang terletak di sisi lain dinding.
5.    Medan frekuensi komunikasi radio, yang mencakup berbagai radio dan TV, telepon nirkabel, wireless perangkat, ponsel dan menara komunikasi.
6.    Radioaktivitas, berasal dari bahan bangunan seperti granit-sepertiga dari granit di rumah adalah radioaktif, dan gas radon dipancarkan dari tanah.

2.2      Sumber Radiasi Elektromagnetik
      Radiasi elektromagnetik yang ada di lingkungan sebagian kecil berasal dari alam dan sebagian besar berasal dari buatan manusia. Rifai dan Hakami (2014) menyatakan bahwa radiasi elektromagnetik di lingkungan awalnya memang sudah ada secara alami berasal dari alam, akan tetapi paparan lingkungan saat ini berasal dari sumber buatan manusia.
2.2.1 Sumber alami

      Sumber radiasi elektromagnetik di lingkungan yang berasal dari alam merupakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan dari bumi (sumber terestrial) dan dari luar angkasa (sumber luar bumi). Dibandingkan dengan bidang buatan manusia, bidang alam sangat kecil dan energi bidang alam cenderung memiliki frekuensi yang tersebar di rentang yang sangat luas. Ilustrasi radiasi elektromagnetik dari alam dapat dilihat pada gambar 2.
      Gambar 2. Radiasi Elektromagnetik yang Berasal dari Alam
Sumber: IARC (2013)

      Menurut Cooray dalam IARC (2013) menjelaskan berbagai model matematika mengenai sumber terkuat terkait dengan radiasi elektromagnetik yaitu petir. Rata-rata, sambaran petir bumi 40 kali per detik, atau 10 kali per kilometer persegi per tahun. Sebuah amplitudo pulsa khas 4 V/m pada 200 km sesuai dengan puncak kepadatan kekuatan 42 mW / m, dan total kepadatan energi pulsa dari 2,5 mJ / m2. Kekuatan listrik bidang puncak hingga 10 kV / m yang mungkin dalam 1 km dari tempat sambaran petir. Pada jarak lebih dari 100 km, kekuatan medan menurun dengan cepat ke beberapa volt per meter, dengan puncak dE / dt sekitar 20 V/m per mikrodetik, dan kemudian lebih lanjut menurun selama beberapa puluh mikrodetik (IARC, 2013).
2.2.2. Sumber buatan manusia
      Terdapat banyak sumber yang berbeda dari bidang medan elektromagnetik buatan manusia. Menurut Rifai dan Hakami (2014) gelombang elektromagnetik yang bersumber dari buatan manusia lebih umum dan terkenal dengan radiasi dalam kisaran RF dari 30 kHz sampai 300 GHz. Radiasi elektromagnetik semakin meningkat seiring dengan penggunaan listrik dan teknologi secara berlebihan. Beberapa sumber radiasi elektromagnetik non-pengion dapat dilihat pada tabel 1, wilayah non-ionisasi dari spektrum elektromagnetik terdapat pada gambar 2.
Tabel 1. Sumber Radiasi Elektromagnetik Non-Pengion
Tipe radiasi
Definisi
Bentuk radiasi
Sumber
Non-ionisasi
Rendah radiasi pertengahan frekuensi yang "umumnya dianggap" tidak berbahaya karena kurangnya potensi.
1.    Frekuensi Sangat Rendah (ELF)
2.    Radiofrequency (RF)
3.    Microwave
4.    Lampu Visual
1.    Oven microwave
2.    Komputer
3.    Energi smart home meter
4.    Jaringan Wireless (WiFi)
5.    Telepon seluler
6.    Perangkat Bluetooth
7.    Saluran listrik
8.    MRI
Sumber : Rifai dan Hakami (2014)


Gambar 2. Spektrum elektromagnetik pengion dan nun-pengion
Sumber:  Rifai dan Hakami (2014)

      Berikut ini adalah contoh penggunaan gelombang elektromagnetik dalam kehidupan sehari hari :
1.    Radio
Gelombang energi radio merupakan bentuk level energi elektromagnetik terendah, dengan kisaran panjang gelombang dari ribuan kilometer sampai kurang dari satu meter. Menurut Syaifurrahman (2010) gelombang radio adalah gelombang elektromagnetik dengan frekuensi yang lebih rendah dari 3000 GHz yang merambat dalam ruang angkasa tanpa sarana penghantar buatan. Dimana frekuensi radio merupakan jumlah getaran gelombang elektromagnetik yang terjadi dalam satu satuan waktu yang diukur dengan satuan siklus / detik atau Hertz (Hz). Penggunaan paling banyak adalah dari energi gelombang radio adalah untuk kebutuhan komunikasi, untuk meneliti luar angkasa dan sistem radar.
Radar (radio detection and ranging) merupakan suatu sistem pendeteksi obyek yang menggunakan gelombang elektromagnetik untuk identifikasi jarak(range),arah (direction),atau kecepatan (speed) obyek. Radar merupakan perangkat dari elemen peperangan elektronika (EW: Electronic warfare) sebagai ESM (electronic warfare support measure),sangat vital dalam system pertahanan nasional(national defense system) sebagai mata dan telinga untuk mengawasi obyek yang dapat membahayakan kesematan wilayah (Rustamaji dan Djaelani, 2011). Selain itu, radar berguna untuk mempelajari pola cuaca, badai, membuat peta 3D permukaan bumi, mengukur curah hujan, pergerakan es di daerah kutub dan memonitor lingkungan. Panjang gelombang radar berkisar antara 0.8-100 cm. Gelombang elektromagnetik radio berinteraksi dengan materi sebagian besar sebagai koleksi sebagian besar biaya yang tersebar di sejumlah besar atom yang terkena dampak. Dalam konduktor listrik, seperti gerakan diinduksi sebagian besar biaya (arus listrik) menghasilkan penyerapan ESDM, atau pemisahan lain biaya yang menyebabkan generasi ESDM baru (refleksi efektif ESDM). Interaksi ini menghasilkan baik arus listrik atau panas, atau keduanya. Inframerah ESDM berinteraksi dengan dipol dalam molekul tunggal, yang berubah sebagai atom bergetar di ujung ikatan kimia tunggal.
2.    Telepon Seluler
Telepon seluler merupakan radio dua arah yang memancarkan radiasi elektromagnetik. Prinsip kerja dari telepon seluler yaitu berkomunikasi dengan mengirimkan gelombang radio melalui jaringan antena tetap disebut BTS (base transverence station). Menurut WHO menyatakan bahwa telepon seluler adalah pemancar frekuensi radio bertenaga rendah, beroperasi pada frekuensi antara 450 dan 2700 MHz dengan kekuatan puncak di kisaran 0,1 hingga 2 watt.. Kekuatan (dan karenanya frekuensi radio paparan pengguna) jatuh dengan cepat dengan meningkatnya jarak dari handset. Radiasi  telepon selular  termasuk dalam kategori  radiasi nun-pengion (non- ionizing radiation). Radiasi ini tidak mampu menimbulkan ionisasi.  Dari  aspek energi,  kelompok ini  relatif
kecil  ketimbang bentuk radiasi yang mampu menimbulkan ion. Namun demikian,  dampaknya  tergantung kekuatan radiasi dan  kondisi  biologis  kelompok  target.  Beberapa  energi  yang masuk kelompok non-pengion, namun relatif memiliki kekuatan yang dahsyat pada sekelompok spesies memberikan dampak berbeda (Mandasari et al., 2014).


3.    Microwave
Panjang gelombang radiasi microwave berkisar antara 0.3-300 cm. Penggunaannya terutama dalam bidang komunikasi dan pengiriman informasi melalui ruang terbuka, memasak, dan sistem PJ aktif. Pada sistem PJ aktif, pulsa microwave ditembakkan kepada sebuah target dan refleksinya diukur untuk mempelajari karakteristik target. Sebagai contoh aplikasi adalah Tropical Rainfall Measuring Mission’s (TRMM) Microwave Imager (TMI), yang mengukur radiasi microwave yang dipancarkan dari Spektrum elektromagnetik Energi elektromagnetik atmosfer bumi untuk mengukur penguapan, kandungan air di awan dan intensitas hujan.
Microwave oven dapat bekerja begitu cepat dan efisien karena gelombang elektromagnetiknya menembus makanan dan mengeksitasi molekul air dan lemak secara merata (tidak Cuma permukaannya saja). Gelombang pada frekuensi 2.500 MHz (2,5 GHz) ini diserap oleh air, lemak, dan gula. Saat diserap, atom tereksitasi dan menghasilkan panas. Proses ini tidak memerlukan konduksi panas seperti di oven biasa karena itulah prosesnya bisa dilakukan sangat cepat. Gelombang mikro pada frekuensi ini tidak diserap oleh bahan-bahan gelas, keramik, dan sebagian jenis plastik.
4.    Saluran transmisi tenaga listrik
Sistem pengiriman daya listrik melalui jaringan trasmisi saluran udara tegangan ekstra tinggi (SUTET) memberikan berbagai keuntungan seperti pengiriman daya listrik lebih besar, kerugian daya bertambah kecil, keandalan tinggi. WHO telah menetapkan batas ambang medan magnet adalah 0,3 mT, sementara PLN menetapkan 0,5 mT. Berdasarkan hasil perhitungan ditunjukkan bahwa perubahan konfigurasi sistem saluran akan mempengaruhi besarnya kerapatan medan magnet (Nugroho, 2009). Berikut ini merupakan sumber utama radiasi tegangan tinggi listrik antara lain:
1.  Saluran listrik tegangan tinggi.
2.  Jalur transmisi district.
3.  Sistem perlindungan petir.
4.  Sistem grounding.
5.  Peralatan listrik umum, termasuk oven microwave, AC, kipas angin, pemanas listrik, selimut listrik, pengering rambut, dll
6.  Peralatan dan kabel listrik pada frekuensi sangat rendah (ELF)
5.    Menara pemancar
Menara pemancar yang digunakan secara umum dapat digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu:
a) Self-Supporting Tower
adalah menara yang memiliki pola batang yang disusun dan disambung sehingga membentuk rangka yang berdiri sendiri tanpa adanya sokongan lainnya.
b        b)    Guyed Tower
adalah jenis menara yang disokong dengan kabel yang diangkurkan pada landasan tanah, menara ini juga disusun atas pola batang sama halnya dengan self-supporting tower, akan tetapi menara jenis guyed Tower memiliki jenis dimensi batang yang lebih kecil dari pada jenis menara self-supporting Tower
c         c)    Monopole
adalah jenis menara yang hanya terdiri dari satu batang atau satu tiang yang didirikan atau ditancapkan langsung pada tanah. Dari penampangnya menara tipe monopole ini dibagi menjadi dua jenis, yaitu cilcular-pole dan tapered-pole.

Ketinggian suatu menara pemancar biasanya mulai dari 20-120 meter ketinggian dari menara pemancar tersebut didasarkan atas kebutuhannya serta jangkauan dalam menerima sinyal, menara pemancar komunikasi mempunyai beberapa macam kegunaan yaitu menara pemancar untuk radio AM (Amplitudo Modulasi), radio FM ( Frekuensi Modulasi ), dan BTS (Base Transmite Satelite). Selain itu juga lokasi dimana menara pemancar itu berada sangat mempengaruhi terhadap terhadap struktur menara tersebut.