Kamis, 20 Agustus 2015

RADIASI ELEKTROMAGNETIK (3)


2.1      Efek Radiasi Elektromagnetik Terhadap Kesehatan Manusia
      Efek dari paparan radiasi elektromagnetik sejauh ini tidak ada bukti konklusif atau koneksi yang dapat disimpulkan. Badan WHO Internasional untuk Penelitian Kanker (IARC) ulasan penelitian yang berkaitan dengan karsinogen dari EMFs statis dan frekuensi sangat rendah menggunakan klasifikasi IARC standar yang beratnya sampai manusia, hewan dan bukti laboratorium, bidang ELF diklasifikasikan sebagai kemungkinan karsinogenik pada manusia. Klasifikasi ini digunakan pada manusia dan kurang ada bukti yang cukup untuk hewan eksperimental. Bukti untuk semua kanker lainnya pada anak-anak dan orang dewasa, serta jenis paparan dianggap tidak memadai untuk mengklasifikasikan karena informasi ilmiah tidak mencukupi atau tidak konsisten. Sejumlah penelitian epidemiologi menunjukkan peningkatan kecil dalam risiko leukimia dengan paparan frekuensi rendah medan magnet di rumah. Meskipun banyak penelitian, bukti efek apapun tetap sangat kontroversial. Namun, jelas bahwa jika medan elektromagnetik memiliki efek pada kanker, maka setiap peningkatan risiko akan sangat kecil.
      Berbagai pengaruh lingkungan menyebabkan efek biologis. 'Efek biologis' tidak sama dengan 'bahaya kesehatan'. Penelitian khusus yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan mengukur bahaya kesehatan. Pada frekuensi rendah, medan listrik dan magnet luar menyebabkan arus beredar kecil dalam tubuh. Dalam lingkungan hampir semua biasa, tingkat arus induksi dalam tubuh terlalu kecil untuk menghasilkan efek yang jelas. Iritasi mata umum dan katarak terkadang telah dilaporkan pada pekerja yang terpapar tingkat tinggi frekuensi radio dan radiasi gelombang mikro, tetapi penelitian pada hewan tidak mendukung gagasan bahwa bentuk kerusakan mata dapat diproduksi pada tingkat yang tidak termal berbahaya. Tidak ada bukti bahwa efek ini terjadi pada tingkat yang dialami oleh masyarakat umum.
      Efek biologik merupakan respon yang terukur terhadap rangsangan atau perubahan lingkungan. Perubahan ini tidak selalu berbahaya bagi kesehatan. Tubuh memiliki mekanisme canggih untuk menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Perubahan yang sedang berlangsung merupakan bagian normal dari kehidupan kita. Tapi, perubahan yang irreversibel dan stres sistem untuk jangka waktu yang lama dapat menimbulkan bahaya kesehatan.
      Akan tetapi, radiasi elektromagnetik dengan frekuensi rendah tidak efektif untuk membangkitkan tanggapan biologis, karena dua alasan. Komponen listrik itu tidak dapat menembus cukup dalam pada spesimen, karena adanya ion-ion bebas yang terdapat di dalam cairan tubuh. Keadaan ini menyebabkan bagian dalam organisme hidup itu berperilaku seperti suatu penghantar listrik, yang berakibat lingkungan dalam organisme itu terlapisi dengan permukaan muatan bergerak. Lagi pula, komponen magnetik radiasi dapat menembus jaringan, tetapi permeabilitas medium ini sangat menyerupai ruang hampa, sehingga tidak mungkin terjadi efek polarisasi magnetik, namun apabila terpapar secara kronis akan memberi manifestasi klinik yang berbeda.
      Efek dari paparan radiasi elektromagnetik dapat secara langsung atau tidak langsung masuk ke dalam tubuh manusia. Disadari ataupun tidak gelombang elektromagnetik selalu ada di lingkungan tempat tinggal manusia dan tidak dapat dihindarkan. Gelombang elektromagnetik memancar dari hampir semua peralatan elektronik rumah tangga yang berarti paparan berbagai frekuensi gelombang elektromagnetik (EMF) yang kompleks telah terjadi setiap hari. Dengan demikian, EMF sedikit banyak telah memberikan efek kesehatan bagi tubuh manusia. Tingkat paparan gelombang EMF dari berbagai frekuensi berubah secara signifikan sejalan dengan berkembangnya teknologi serta penemuan peralatan EMF. Begitu juga pada efek kesehatan yang ditimbulkan oleh EMF akan berbeda tergantung pada jenisnya. Menurut Swamardika (2009) secara garis besar, radiasi total yang diserap oleh tubuh manusia adalah tergantung pada beberapa hal antara lain:
1.    Frekuensi dan panjang gelombang medan elektromagnetik
2.    Polarisasi medan elektromagnetik
3.    Jarak antara badan dan sumber radiasi elektromagnetik
4.    Keadaan paparan radiasi, seperti adanya benda lain disekitar sumber radiasi
5.    Sifat-sifat elektrik tubuh. Hal ini sangat tergantung pada kadar air didalam tubuh, radiasi akan lebih banyak diserap pada media dengan konstan dielektri tinggi seperti otak, otot dan jaringan lainnya dengan kadar air tinggi
2.3.1 Radiasi elektromagnetik telepon seluler
      Beberapa penelitian memberikan wawasan baru berkaitan dengan hubungan potensial antara penggunaan ponsel dan kanker otak. Analisis efek jangka panjang yang potensial ditandai dengan ketergantungan dosis dan mengungkapkan divergen hasil dengan metrik dosis yang berbeda. Secara keseluruhan, analisis sinoptik mendukung kesimpulan tentang risiko kesehatan RF EMF dari telekomunikasi seluler (Leitgeb, 2014). 
      Dampak radiasi elektromagnetik telepon seluler terhadap tubuh manusia menurut beberapa penelitian ternyata mempunyai kemiripan dengan dampak radiasi elektromagnetik yang ditimbulkan oleh radar. Pesawat radar sejauh ini telah diduga mempunyai dampak terhadap manusia yang berada pada sekitar instalasi radar. Dampak tersebut adalah kemampuan radar mengagitasi molekul air yang ada dalam tubuh manusia. Perlu diingat bahwa sel-sel yang terdapat dalam tubuh manusia sebagian besar mengandung air, maka dampak agitasi terhadap molekul air perlu mendapat perhatian yang seksama. Menurut para ahli, untuk waktu kontak yang cukup lama, ada kemungkinan terjadi sterilisasi terhadap organ reproduksi.      Meningkatnya penggunaan telepon seluler di masyarakat tentunya akan memberikan dampak karena semakin tinggi intensitas penggunaan telepon seluler, maka makin tinggi pula intensitas paparan radiasi gelombang yang diterima tubuh.
      Menurut The National Radiological Protection Board (NPRB) di dalam Swamardika (2009) efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik dari telepon seluler dibagi menjadi dua antara lain:
1. Efek fisiologis
Efek fisiologis merupakan efek yang ditimbulkan oleh radiasi gelombang elektromagnetik tersebut yang mengakibatkan gangguan pada organ-organ tubuh manusia berupa, kangker otak dan pendengaran, tumor, perubahan pada jaringan mata, termasuk retina dan lensa mata, gangguan pada reproduksi, hilang ingatan, kepala pening.
2. Efek psikologis
Merupakan efek kejiwaan yang ditimbulkan oleh radiasi tersebut misalnya timbulnya stress dan ketidaknyamanan karena penyinaran radiasi secara berulang.
      Mandasari et al. (2014) menyatakan radiasi telepon seluler bisa menimbulkan dua macam efek pada tubuh,antara lain:
1.    Efek thermal
Efek ini berkaitan dengan panas yang dihasilkan oleh telepon selular dan dihantarkan pada tubuh. Panas dari telepon seluler dihasilkan oleh gelombang elektromagnetik.  Ketika seseorang menggunakan telepon selular,  kebanyakan mereka akan merasakan efek panas ini pada permukaan kulit mereka.
2.    Efek non-thermal
Berdasarkan penelitian yang diterbitkan oleh The Journal of  the American Medical Association, paparan sinyal radio yang terlalu sering pada otak bisa menyebabkan peningkatan metabolisme glukosa. Efek  non-thermal juga bisa menyebabkan beberapa masalah berikut ini:  Penyumbatan aliran darah ke
otak,  Kanker,  Efek kognitif,  Hipersensitif  terhadap elektromagnetik seperti  sensasi kesemutan pada kulit  kepala,  sakit kepala, pusing, atau kesulitan berkonsentrasi, Kelainan tidur, Masalah perilaku.
      Menurut Kobb di dalam Swamardika (2009) telepon seluler (ponsel) mentransmisikan dan menerima sinyal dari dan ke substasiun yang ditempatkan di tengah kota. Substasiun yang menerima sinyal paling jernih dari telepon seluler memberikan pesan ke jaringan telepon local jarak jauh. Jaringan Personal Communication Services (PCS) mirip dengan system telepon seluler. PCS menyediakan komunikasi suara dan data didesain untuk menjangkau daerah yang luas. Pita frekuensi 800 sampai dengan 3000 MHz telah dijatahkan untuk peralatan komunikasi ini karena telepon seluler atau unit PCS harus berhubungan dengan substasiun yang diletakkan beberapa kilometer jauhnya, pancaran dari peralatan ini harus cukup kuat untuk memastikan sinyalnya bagus. Peralatan ini memancarkan daya sekitar 0,1 sampai dengan 1,0 W. Tingkat daya dari antena ini aman untuk kesehatan kepala (Fischetti di dalam Swamardika, 2009).
      Swamardika (2009) menyatakan para ahli mengungkapkan radiasi yang ditimbulkan ponsel tidak seratus persen bisa menyebabkan gangguan kesehatan terhadap manusia, mengingat masih banyak orang yang masih setia menggunakan piranti wireless ini untuk memudahkan aktifitasnya dan tidak terjadi efek kesehatan yang berarti. Sesungguhnya setiap ponsel memiliki spesifikasi ukuran banyaknya energi gelombang mikro yang dapat menembus ke dalam bagian tubuh seseorang tergantung pada seberapa dekat ponsel dengan kepala. Paling tidak kurang lebih sebanyak 60 persen dari radiasi gelombang mikro yang diserap dan menembus daerah sekitar kepala. Pengukuran kadar radiasi sebuah ponsel umumnya disebut dengan Specific Absorption Rate (SAR). Pengukur energi radio frekuensi atau RF yang diserap oleh jaringan tubuh pengguna ponsel bisa dinyatakan sebagai units of watts perkilogram (W/kg). Batas SAR yang ditetapkan oleh ICNIRP adalah 2.0W/kg (watts per kilogram). Sementara The Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE) juga telah menetapkan sebuah standart baru yang digunakan oleh negara Amerika dan negara lain termasuk Indonesia adalah dengan menggunakan batas 1.6W/kg.
      Husain dan Nabawiyati (2012) menyatakan radiasi elektromagnetik yang dihasilkan oleh gelombang telepon seluler dapat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan apabila seseorang terpajan melampaui ambang batas pemajanan. Hal tersebut disimpulkan melalui penelitian eksperimental terhadap sistem imunitas mencit (Mus musculus) dengan mengukur diameter pulpa putih limpa yang menunjukkan bahwa diameter pulpa putih limpa pada mencit yang diberi perlakuan tampak lebih besar bila dibandingkan dengan mencit kontrol secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa antara kelompok perlakuan radiasi gelombang telepon seluler dan kelompok kontrol berbeda secara bermakna, khususnya pada kelompok CDMA. Disimpulkan bahwa radiasi elektromagnetik mempunyai efek mengaktivasi sistem imun di daerah perifer.
      Berbeda dengan pendapat Battung et al (2013) menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara radiasi gelombang elektromagnetik telepon seluler terhadap fungsi pendengaran. Hal tersebut, sesuai dengan hasil penelitiannya menggunakan pengujian audiometri yang menunjukkan mahasiswa yang mengalami gangguan pendengaran ringan pada telinga kiri sebanyak delapan orang (20%) dan sisanya yaitu 32 orang (80%) tidak mengalami gangguan pendengaran. Sedangkan, mahasiswa yang mengalami gangguan pendengaran ringan  pada telinga kanan sebanyak tiga orang (7.5%) sedangkan sisanya yaitu 37 orang (92.5%) tidak mengalami gangguan pendengaran.
2.3.2 Radiasi elektromagnetik dari saluran transmisi tenaga listrik
      Hingga saat ini, belum ada kesepakatan dari para ahli kesehatan dunia mengenai efek SUTET terhadap kesehatan, termasuk kanker dan tumor pada anak dan orang dewasa. Sangat sulit membuktikan hubungan sebab akibat antara efek SUTET dengan kesehatan manusia karena manusia tidak bisa dijadikan objek penelitian yang bersifat percobaan (eksperimental). Berdasarkan penelitian yang dilakukan selama ini, gangguan kesehatan yang sering dikeluhkan masyarakat, seperti pusing, nyeri otot, gatal pada kulit, sesak nafas, susah tidur, berdebar, gangguan penglihatan dan lain-lain, merupakan gangguan psikosomatik yang bersifat subyektif. Gangguan psikis yang sangat populer dewasa ini berhubungan dengan SUTET disebut dengan elektromagnetik hipersensitivity, sebenarnya  merupakan gangguan stres yang berlebihan yang dihubungkan dengan banyak faktor yang mempengaruhi, termasuk faktor sosial. Berdasarkan hasil penelitian tentang medan magnet dan medan listrik yang ada di daerah  pemukiman jalur SUTET, seperti jalur Saguling-Cibinong, Bandung Selatan-Ungaran dan Cirata-Cibatu II, ditemukan angka yang sangat jauh dari Nilai Ambang Batas yang ditentukan IRPA, INIRC dan WHO 1990 yaitu sebesar 0,1 mT (medan magnet) dan 5 kV/m (medan listrik). Nilai untuk medan Magnet tiga wilayah tersebut paling tinggi hanya mencapai 0,009 mT dan nilai medan listriknya hanya mencapai 3 kV/m (Swamardika, 2009).
      Menurut Haryono (2013) keberadaan SUTTET-500 kV secara nyata meningkatkan intensitas paparan medan listrik dan medan magnet ELF di lingkungan, namun masih berada di bawah nilai ambang batas paparan menurut WHO. Berdasarkan hasil pengukuran menunjukkan bahwa beberapa indikator keluhan kesehatan antara lain banyak peluh, gangguan tidur, rasa mual (naosea), sakit kepala, sulit bernapas dan vertigo di wilayah terpapar secara statistik terbukti lebih tinggi. Faktor dominan yang berperan terhadap timbulnya keluhan kesehatan tersebut adalah rasa khawatir dan takut yang berkepanjangan terhadap risiko bahaya atas kondisi fisik bangunan jaringan dan tower SUTTET-500 kV. Faktor risiko tersebut antara lain: 1) andongan jaringan yang semakin rendah beresiko membahayakan keselamatan penduduk, 2) adanya percikan bunga api pada kabel jaringan saat hujan tiba, 3) timbulnya bunyi mendengung saat malam hari, 4) risiko sambaran petir pada Tower, 5) luahan arus listrik pada peralatan rumah tangga. Selain itu, kebiasaan merokok, status gizi keluarga dan permasalahan rumah tangga merupakan faktor risiko yang tidak dapat di abaikan. Adanya perbedaan proporsi keluhan anoreksia, kram perut, kegerahan, dan mudah lelah antara kelompok terpapar dan kelompok kontrol bukan disebabkan adanya perbedaan intensitas paparan medan listrik mupun medan magnet, namun kemungkinan karena faktor kecemasan yang dialami oleh penduduk yang bertempat tinggal di bawah jaringan. Pada umumnya penduduk yang bertempat tinggal di bawah jaringan lebih mencemaskan dampak keberadaan jaringan daripada dampak medan listrik dan medan magnet, hal tersebut mengingat sering dijumpai kejadian seperti timbulnya percikan bunga api pada konduktor saat hujan tiba dan suara gemuruh saat ada angin juga kadang timbul ledakan pada tower. Rasa cemas secara berkepanjangan yang dialami penduduk yang bertempat tinggal di bawah SUTET-500 kV kemungkinan dapat berpengaruh terhadap status kesehatannya.
2.3.3 Radiasi elektromagnetik dari menara pemancar seluler
      Athena dan Hananto (2013) dampak radiasi gelombang radio terhadap kesehatan manusia, tidak lepas dari energi yang dihasilkan oleh perangkat tersebut. Pancarannya selalu mengikuti kaidah pancaran radiasi gelombang elektromagnetik sesuai dengan spektrum elektromagnetik yang dikelompokkan berdasarkan panjang gelombang, frekuensi, serta efeknya. Selain efek radiasi yang ditimbulkan, pemancar berfrekuensi tinggi ini juga menghasilkan efek termal di sekitar pemancarnya. Semakin tinggi frekuensi suatu pemancar, semakin tinggi pula panas yang dihasilkan. Sebagai contoh, pemancar berfrekuensi 1.900 MHz dapat menghasilkan panas sampai 2000C dalam radius dua meter. Hasil menunjukkan bahwa sekitar 60% responden mempunyai keluhan kesehatan yang bersifat umum seperti  pusing/sakit kepala, batuk dan demam, menderita penyakit degeneratif seperti darah tinggi, stroke, dan diabetes mellitus (DM). Keluhan tersebut sulit dikaitkan dengan pajanan medan elektromagnetik yang berasal dari base transceiver stadion (BTS), karena selain tidak spesifik juga belum diketahui target organ dari pajanan medan elektromagnetik. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian tentang dampak radiasi maupun efek termal dari BTS sebelumnya yang masih kontroversial. Hasil penelitian di beberapa negara menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara paparan gelombang ektromagnetik yang berasal dari BTS GSM atau CDMA dengan penyakit kanker dan beberapa gangguan fisik dan kognitif. Hasil workshop WHO tahun  2005 tentang pajanan dan konsekuensi kesehatan dari BTS yang meliputi studi efek termal dari medan elektromagnetik yang berasal dari BTS, studi tentang hipersensitif  karena medan elektromagnetik dari BTS, studi epidemiologi kriteria dosis untuk pajanan dari BTS  menunjukan  bahwa  hasil-hasil penelitian maupun kajian tersebut masih belum konsisten. Akan tetapi penelitian lain menyatakan bahwa diantara anggota rumah tangga di sekitar BTS mempunyai riwayat tumor.
      Menurut Goel, Aaruni et al dalam Athena dan Hananto (2013) menyatakan bahwa pajanan medan elektromagnetik dari telepon seluler termasuk BTS perlu diperhatikan karena mempunyai efek termal yang dapat berpengaruh terhadap kesehatan. Masih kontroversialnya hasil penelitian tentang pengaruh radiasi dari BTS, tidak berarti bahwa hal tersebut tidak menimbulkan masalah kesehatan; karena konsensus International Scientific Community menyebutkan bahwa energi  dari BTS sangat kecil kemungkinannya untuk menimbulkan risiko kesehatan sepanjang tidak kontak secara langsung; tetapi dalam konsensus tersebut juga disebutkan bahwa hal tersebut perlu diwaspadai karena BTS mempunyai energi dan karakteristik yang sangat bervariasi.
      Penelitian toksikologi elektromagnetik pada BTS mengenai potensi stres oksidatif merangsang medan elektromagnetik non-termal pada tikus. Terdapat  tiga bentuk paparan yaitu, gelombang terus menerus, atau modulasi pada 900 MHz atau termodulasi GSM-nonDTX. Radiasi frekuensi radio (RFR) adalah 1800 MHz, radiasi penyerapan spesifik (SAR) (0,95-3,9 W / kg) untuk 40 dan / atau 60 hari terus menerus. Pada 40 hari, radiasi elektromagnetik gagal mendorong perubahan yang signifikan. Namun, pada 60 hari terpapar mennjukkan penurunan pada nikotinamida adenin dinukleotida fosfat (NADPH) dan askorbat peroksidasi lipid terkait (PUT) dengan penurunan seiring dalam sistem pertahanan antioksidan enzimatik mengakibatkan penurunan residu glukosa. Studi ini menunjukkan beberapa perubahan biokimia yang mungkin terkait dengan paparan memperpanjang medan elektromagnetik dan hubungannya dengan aktivitas sistem antioksidan. Oleh karena itu, penilaian secara reguler dan deteksi dini pada sistem pertahanan antioksidan antara orang-orang yang bekerja di sekitar BTS disarankan (Achudume, 2010).
      Terdapat beberapa dampak negatif yang bisa ditimbulkan akibat radiasi yang berlebihan dari ponsel dan menara BTS  antara lain:
1.    Risiko kanker otak pada anak-anak dan remaja meningkat 400 persen akibat penggunaan ponsel.
2.    Penggunaan ponsel 30 menit/hari selama 10 tahun dapat meningkatkan risiko kanker otak dan acoustic neuroma (sejenis tumor otak yang bisa menyebabkan tuli).
3.    Radiasi ponsel juga berbahaya bagi kesuburan pria. Menurut penelitian, penggunaan ponsel yang berlebihan bisa menurunkan jumlah sperma hingga 30 persen.
4.    Frekuensi radio pada ponsel bisa menyebabkan perubahan pada DNA manusia dan membentuk radikal bebas di dalam tubuh. Radikal bebas merupakan karsinogen atau senyawa yang dapat memicu kanker.
5.    Frekuensi radio pada ponsel juga mempengaruhi kinerja alat-alat penunjang kehidupan (live saving gadget) seperti alat pacu jantung. Akibatnya bisa meningkatkan risiko kematian mendadak.
6.    Sebuah penelitian membuktikan produksi homon stres kortisol meningkat pada penggunaan ponsel dalam durasi yang panjang. Peningkatan kadar stres merupakan salah satu bentuk respons penolakan tubuh terhadap hal-hal yang membahayakan kesehatan.
7.    Medan elektromagnet di sekitar menara BTS dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh. Akibatnya tubuh lebih sering mengalami reaksi alergi seperti ruam dan gatal-gatal.
8.    Penggunaan ponsel lebih dari 30 menit/hari selama 4 tahun bisa memicu hilang pendengaran (tuli). Radiasi ponsel yang terus menerus bisa memicu tinnitus (telinga berdenging) dan kerusakan sel rambut yang merupakan sensor audio pada organ pendengaran.
9.    Akibat pemakaian ponsel yang berlebihan, frekuensi radio yang digunakan (900 MHz, 1800 MHz and 2450 MHz) dapat meningkatkan temperatur di lapisan mata sehingga memicu kerusakan kornea.
10. Emisi dan radiasi ponsel bisa menurunkan kekebalan tubuh karena mengurangi produksi melatonin. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat mempengaruhi kesehatan tulang dan persendian serta memicu rematik.
11. Risiko kanker di kelenjar air ludah meningkat akibat penggunaan ponsel secara berlebihan.
12. Medan magnetik di sekitar ponsel yang menyala bisa memicu kerusakan sistem syaraf yang berdampak pada gangguan tidur. Dalam jangka panjang kerusakan itu dapat mempercepat kepikunan.
13. Medan elektromagnetik di sekitar BTS juga berdampak pada lingkungan hidup. Burung dan lebah menjadi sering mengalami disorientasi atau kehilangan arah sehingga mudah stres karena tidak bisa menemukan arah pulang menuju ke sarang.
2.3.4 Radiasi elektromagnetik dari transportasi listrik
      Besarnya tegangan listrik yang digunakan untuk menjalankan sistem Kereta Rel Listrik KRL secara serentak mengakibatkan timbulnya radiasi medan elektromagnetik (EM). Jika besarnya radiasi EM tersebut melampaui ambang batas dari standar yang ditentukan maka akan mengakibatkan efek yang tidak diinginkan bagi lingkungan dan manusia. Di dalam sistem perkeretaapiaan, banyak sekali komponen-komponen yang memakai peralatan elektronika, seperti generator untuk membangkitkan listrik yang menghasilkan tenaga pada kereta, peralatan transformer pengubah  tegangan tinggi dan rendah, peralatan listrik converter dan rectifier, peralatan telekomunikasi, peralatan signaling (kontrol sinyal kereta), dan masih banyak lagi. Oleh karena itu, sebenarnya kereta sangat rentan terhadap gangguan EM dan juga sangat berpengaruh memberikan emisi EM terhadap lingkungannya yang dihasilkan dari komponen yang ada pada kereta itu sendiri. Tingkat radiasi yang dihasilkan tertinggi terjadi pada frekuensi 936 MHz dengan kuat medan sebesar 48,59 dBμV/m pada polarisasi antena horizontal sehingga pancaran emisi EM besarnya masih di bawah ambang batas yang diperkenankan Ardiatna et al (2010). Dapat disimpulkan bahwa radiasi elektromagnetik pada transportasi listrik belum dapat memberikan efek kesehatan bagi manusia. Dapat dilihat pada gambar 3 yang merupakan gelombang elektromagnetik yang dipancarkan oleh kereta api listrik.


Gambar 3. Gelombang Elektromagnetik yang dipancarkan Kereta Api
Sumber: Ardiatna et al (2010)


1 komentar: