Rabu, 08 Januari 2014

global warming Vs Flood (2)



Faktor Risiko Pemanasan Global

Pemanasan global tidak serta merta terjadi dengan sendirinya akan tetapi terjadi karena adanya faktor yang menyebabkan timbulnya pemanasan global. Penyebab pemanasan global adalah adanya efek rumah kaca. Efek rumah kaca menurut kamus oxford dan cambridge didefinisikan sebagai panas matahari yang terperangkap di bagia bawah atmosfer bumi karena radiasi matahari pada frekuensi cahaya tampak sebagian besar melewati atmosfer untuk menghangatkan permukaan bumi dan kemudian memancarkan energi pada frekuensi yang lebih rendah dari radiasi inframerah akibat adanya peningkatan jumlah karbondioksida, metana, ozon, dan uap air (gas rumah kaca) di atmosfer yang menyebabkan suhu permukaan bumi mengalami peningkatan. Peningkatan suhu permukaan bumi ini akan berbahaya apabila gas rumah kaca mengalami peningkatan yang tidak terkontrol.
Efek rumah kaca sebenarnya sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang ada di bumi untuk hidup dan bertahan hidup. Efek rumah kaca berperan penting untuk menghangatkan bumi menurut Wikipedia (2013) dengan suhu rata-rata sebesar 15°C (59 °F) bumi sebenarnya telah lebih panas 33 °C (59 °F) dari suhunya semula, jika tidak ada efek rumah kaca suhu bumi hanya -18 °C sehingga es akan menutupi seluruh permukaan bumi. Akan tetapi sebaliknya, apabila gas rumah kaca tersebut telah berlebihan di atmosfer, akan berbahaya karena dapat mengakibatkan pemanasan global.
Gas rumah kaca menurut National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) merupakan gas yang memungkinkan sinar matahari langsung (energi gelombang pendek) untuk mencapai permukaan bumi tanpa hambatan. Energi gelombang pendek (cahaya tampak dan ultraviolet dari spektrum) akan memanaskan permukaan bumi, sedangkan energi gelombang panjang (inframerah) akan dipantulkan kembali ke atmosfer. Gas rumah kaca mengikat energi ini, sehingga inframerah tersebut terperangkap di bagian bawah atmosfer. Gas rumah kaca terjadi secara alami di atmosfer, seperti karbon dioksida, metana, uap air, dan nitrous oxide, sementara gas lainnya adalah sintetis. Gas sintetis tersebut adalah buatan manusia diantaranya chlorofluorocarbons (CFC), hidrofluorokarbon (HFC) dan Perfluorocarbons (PFC), serta sulfur heksafluorida (SF 6).
National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA, 2009) memaparkan emisi gas rumah kaca pada tahun 2003 dapat dilihat pada Gambar 2.3. Lima sector tertinggi penyumbang gas rumah kaca adalah pembangkit listrik sebesar 21.3% kemudian dari proses industri sebesar 16.8%. Gas buangan dari transportasi menyumbang 14% dan bahan bakar fosil sebesar 11.3%. Sedangkan pada sector pertanian 12.5%. Gas rumah kaca yang dihasilkan adalah karbondioksida, metana, dan nitrosoksida. Jenis gas terbesar yang dihasilkan adalah karbondioksida sebesar 72%.

 




Gambar 2.3. Emisi gas rumahkaca berdasarkan sektor penghasilnya tahun 2012 (NOAA, 2009)

 

 
 
 

 
Gambar 2.4. Trend global gas rumah kaca tahun 1976-2003 (NOAA, 2009)

Berdasarkan Gambar 2.4. Dapat dilihat konsentrasi gas rumahkaca mengalami peningkatan dari tahu ke tahun secara signifikan. Kecuali pada CFC-11 mengalami penurunan di tahun 1992, hal ini disebabkan oleh emisi gas CFC-11 paling berbahaya sehingga dalam penggunaanya sudah mulai dibatasi dan digantikan jenis CFC lainnya yang memiliki dampak lebih kecil.
 





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar